Kamis, 12 Januari 2012

laporan hemoglobin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosi. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi karena penyakit (Wirakusumah, 1999). Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya, konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Semakin berat kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat anemia yang diderita. Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena anemia gizi akan terganggu 2 pertumbuhan fisik dan perkembangan. Selain itu, aktivitas fisiknya juga akan menurun (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia (< 12g/ dl) adalah sebesar 27% ( remaja desa) dan 22% (remaja kota) pada saat tidak sedang menstruasi. Sebanyak 24% (remaja desa) dan 27,8% (remaja kota) pada saat menstruasi. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar hemoglobin lebih tinggi pada remaja desa pada saat menstruasi, sedangkan kadar hemoglobin lebih rendah pada remaja desa pada saat tidak sedang menstruasi (Vasanthi et.al, 1991).


1.2. Tujuan

Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) darah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin.

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.
Ø  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Ø  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Ø  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah

2.2 Dasar Penetapan

 Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :
1.      Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal yang disebut anemia mikrositik.
2.      Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia hipokromik.

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Sejumlah prosedur yang cepat telah dikenbangkan berdasarkan pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan dengan suatu standar buatan. Penetapan Hb metode sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah drngan larutan HCL 0,1 N kemudian diemcerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
    

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari jumat tanggal 16 desember 2011 dan pada pukul 13.20 WIB. Dan bertempat dilaboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat dan Bahan
Ø  Alat : haemometer sahli, pipet sahli yang bersekala dari 0,02 ml (ketelitiannya 1%), standar pasteur, batang pengaduk dari gelas, jarum suntik.
Ø  HCL 0,1 N, aquadest.

3.3. Cara Kerja
1.      Masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer.
2.      Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml.
3.      Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4.      Catatlah waktunya dan segerahlah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung pengenceran yang berisi HCL itu, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5.       Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali untik membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6.      Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran menjadi coklat tua.
7.      Tambahkam air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang standar harus dicapai 5 menit. Setelah saat darah dan HCL di campur dalam alat sahli. Dalam alat mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8.      Bacalah kadar hemoglobin dengan garam/100 ml darah (gr%)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Nama Mahasiswa
Kadar Hemoglobin
Keterangan
M. Osen
10,4
Normal
Mussiah
6
Anemia
Sefti yanti

9
Anemia
Umi latifah
8
Anemia

4.2. Pembahasan

Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan beberapa uji sampel kepada beberapa mahasiswa yang melakukan praktikum, tapi dari kegiatan yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah kebanyakan Hb dari tiap-tiap mahasiswa dibawah ambang batas Hb yang menjadi standar pengukuran. Adapun beberapa hal yang menjadi sumber kesalahan, dari praktikum yang telah kami lakukan ialah ialah: Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.
·         Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
·         Sumber cahaya yang kurang baik.
·         Kelelahan mata
·         Alat-alat kurang bersih

  Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
 Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan kemudian heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.  Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).  Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.  Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.
Ø  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Ø  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Ø  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Berdasarkan hasil percobaan, dalam penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk mendiagnosa anemia, diketahui bahwa metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai lebih besar tingkat ke akuratannya dibandingkan dengan metode tallquist. Hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah ketelitian praktikan yang cenderung lebih besar saat menggunakan metode hemometer sahlia yang notabene memiliki skala yang lebih baik

5.2.  Saran

1.      Pada saat penelitiaan sebaiknya siswa berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
2.      Pada saat pengambilan darah sebaiknya darah yang diambil melalui pipet jangan sampai teputus, dan harus sesuai dengan ukuran yang ada.
3.      Dan pada saat pengambilan sampel hendaknya berhati-hati dalam melihat warna, karena harus sama dengan tabung yang ada di dalam alat sahli haemometer.


DAFTAR PUSTAKA


Syarifah, Elfira Rosa. 2011: Panduan praktikum fisiologi hewan.Palembang
Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar