Kamis, 12 Januari 2012

laporan hemoglobin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosi. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi karena penyakit (Wirakusumah, 1999). Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya, konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Semakin berat kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat anemia yang diderita. Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena anemia gizi akan terganggu 2 pertumbuhan fisik dan perkembangan. Selain itu, aktivitas fisiknya juga akan menurun (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia (< 12g/ dl) adalah sebesar 27% ( remaja desa) dan 22% (remaja kota) pada saat tidak sedang menstruasi. Sebanyak 24% (remaja desa) dan 27,8% (remaja kota) pada saat menstruasi. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar hemoglobin lebih tinggi pada remaja desa pada saat menstruasi, sedangkan kadar hemoglobin lebih rendah pada remaja desa pada saat tidak sedang menstruasi (Vasanthi et.al, 1991).


1.2. Tujuan

Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) darah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin.

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.
Ø  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Ø  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Ø  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah

2.2 Dasar Penetapan

 Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :
1.      Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal yang disebut anemia mikrositik.
2.      Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia hipokromik.

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Sejumlah prosedur yang cepat telah dikenbangkan berdasarkan pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan dengan suatu standar buatan. Penetapan Hb metode sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah drngan larutan HCL 0,1 N kemudian diemcerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
    

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari jumat tanggal 16 desember 2011 dan pada pukul 13.20 WIB. Dan bertempat dilaboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat dan Bahan
Ø  Alat : haemometer sahli, pipet sahli yang bersekala dari 0,02 ml (ketelitiannya 1%), standar pasteur, batang pengaduk dari gelas, jarum suntik.
Ø  HCL 0,1 N, aquadest.

3.3. Cara Kerja
1.      Masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer.
2.      Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml.
3.      Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4.      Catatlah waktunya dan segerahlah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung pengenceran yang berisi HCL itu, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5.       Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali untik membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6.      Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran menjadi coklat tua.
7.      Tambahkam air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang standar harus dicapai 5 menit. Setelah saat darah dan HCL di campur dalam alat sahli. Dalam alat mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8.      Bacalah kadar hemoglobin dengan garam/100 ml darah (gr%)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Nama Mahasiswa
Kadar Hemoglobin
Keterangan
M. Osen
10,4
Normal
Mussiah
6
Anemia
Sefti yanti

9
Anemia
Umi latifah
8
Anemia

4.2. Pembahasan

Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan beberapa uji sampel kepada beberapa mahasiswa yang melakukan praktikum, tapi dari kegiatan yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah kebanyakan Hb dari tiap-tiap mahasiswa dibawah ambang batas Hb yang menjadi standar pengukuran. Adapun beberapa hal yang menjadi sumber kesalahan, dari praktikum yang telah kami lakukan ialah ialah: Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.
·         Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
·         Sumber cahaya yang kurang baik.
·         Kelelahan mata
·         Alat-alat kurang bersih

  Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
 Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan kemudian heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.  Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).  Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.  Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.
Ø  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Ø  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Ø  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Berdasarkan hasil percobaan, dalam penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk mendiagnosa anemia, diketahui bahwa metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai lebih besar tingkat ke akuratannya dibandingkan dengan metode tallquist. Hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah ketelitian praktikan yang cenderung lebih besar saat menggunakan metode hemometer sahlia yang notabene memiliki skala yang lebih baik

5.2.  Saran

1.      Pada saat penelitiaan sebaiknya siswa berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
2.      Pada saat pengambilan darah sebaiknya darah yang diambil melalui pipet jangan sampai teputus, dan harus sesuai dengan ukuran yang ada.
3.      Dan pada saat pengambilan sampel hendaknya berhati-hati dalam melihat warna, karena harus sama dengan tabung yang ada di dalam alat sahli haemometer.


DAFTAR PUSTAKA


Syarifah, Elfira Rosa. 2011: Panduan praktikum fisiologi hewan.Palembang
Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.

laporan golongan darah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Setiap manusia memiliki golongan darah yang berbeda – beda. Ada yang bergolongan darah A , B , AB dan O. Mengetahui golongan darah mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting. Misalnya dalam keadaan genting, tiba – tiba kita membutuhkan darah maka kita tidak perlu repot – repot karena kita sudah mengetahuinya. Golongan darah tersebut dapat diketahui melalui tes golongan darah. Selain itu, setiap orang juga memiliki waktu koagulan atau waktu pembekuan darah yang berbeda – beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Dan setiap orang juga memiliki tensi yang berbeda – beda pula. Tensi manusia dewasa yang normal adalah 120/80. dalam percobaan kali ini kita akan mencoba untuk mengetahui itu semua yaitu mngetahui golongan darah, waktu koagulan dan tensi.
 Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakan pada sebuah slide mikroskop Setetes serum yang mengandung aglutinin anti-A ( dari darah golongan B ) diteteskan pada salah satu tetes darah,sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin anti-B ( dari darah golongan A ) diteteskan pada tetes darah lainya.
a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A ( golongan darah A )
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B ( golongan darah B )
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B ( golongan darah AB )
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen ( golongan darah O )

I.2. Tujuan
 Untuk mengetahui cara pemeriksaan golongan darah

BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.menurut K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut:
  • Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
  • Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
  • Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
  • Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
Sebelum lahir,molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibody pasangannya,yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
1. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi ( penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut aglutinin
2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya mewarisi salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
   Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen ((antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma.
1.      Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B
2.      Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A
3.       Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B,tetapi tidak mengandung aglutinin anti-A atau anti-B
4.      Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutini anti-A dan aglutini-B Penggolongan darah penting dilakukan sebelim transfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
Contoh gambar hasil pengamatan
                                     

Bagaimana menentukan golongan darahnya? ambil satu contoh baris ke-dua. Perhatikan urutan sampelnya dari kiri ke kanan:
  1. diberi anti Rhesus : menggumpal
  2. diberi anti A : tidak menggumpal
  3. diberi anti B : menggumpal
  4. diberi anti AB : menggumpal
Kesimpulannya,sang pemilik darah bergolongan darah B Rh+ (golongan B dan golongan Rhesuspositif).
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:
Golongan
aglutinogen (antigen) pada eritrosit
aglutinin (antibodi) pada plasma darah
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
b
a
-
a dan b
  • Jika aglutinin a (anti A) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
  • Jika aglutinin b (anti B) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
  • Jika anti Rhesus (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
  1. darah + anti Rhesus = aglutinasi -----> terdapat antigen Rhesus -----> gol Rh+
  2. darah + anti A= aglutinasi -----> terdapat aglutinogen A -----> gol A
  3. darah + anti B= aglutinasi -----> terdapat aglutinogen B -----> gol B
Penggunaan anti AB hanya untuk verifikasi (kepastian) saja. Tidak digunakan juga tidak masalah. cara penggolongan darah
Sistem Rh
            Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia. Sistem ini ditemukan dan diberinama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
a.       Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif. Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif. Individu dengan Rh positif lebih banyak dari pada Rh negatif.
b.       Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
c.       Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka aglutininya anti-Rh akan diproduksi. Walau tranfusi awal tidak membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor.
d.       Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir,dapat terjadi setelah kehamialnan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif
a. Pada saat lahir ( atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positifjanin sehingga ibu akan terbentuk antibodi untuk menolak antigen tersebut
b. Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya,antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia
c. Pencegahan. Jika ibu ber-Rh negatif mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan,keguguran,atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi. Ibu tidak akan memproduksi anyibodi lawannya.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum fisioologi dilakukan pada hari jum’at, 18 November 2011 pada pukul 13.20 WIB di laboratorium Biologi jurusan tadris MIPA Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
Ø  Alat: Kartu tes golongan darah (jika tidak ada bisa diganti object glass),Kapas,Alkohol 70 %,Blood lancet steril (disponsable),Tusuk gigi beberapa batang.
Ø  Bahan: Anti A, Anti (B), Anti  (AB), Anti  (D), Darah kapiler atau vena
3.3 Cara Kerja
1.      Siapkan kartu uji atau object glass yang telah di beri nomor 1 – 4
2.      Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%
3.      Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari yang telah steril, lalu tekanlah ujung jari hingga darah keluar
4.      Teteskan darah pada kartu uji atau object glass sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda sesuai nomor
5.      Teteskan serum alfa sebanyak 1 tetes pada sampel darah pertama, lalu aduklah dengan gerakan memutar menggunakan tusuk gigi. Amatilah apa yang terjadi.
6.      pLakukan langkah nomor 5 untuk serum beta, serum alfa-beta, dan serum anti Rhesus.
7.      Bandingkan bahan setiap belahan gelas objek dengan gambar yang tersedia yang diperlihatkan kedua macam reaksi, apa terjadi penggumpalan atau tidak. Pengamatan dilakukan dengan mata telanjang.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data hasil pengamatn dalam praktikum Fisiologi Hewan tentang pemeriksaan golongan darah adalah;
No
Nama Siswa
Gol. Darah
No
Nama Siswa
Gol. Darah
1.
M.Osen
O
21.
Siti chodijah.P
O
2.
Muji yanto
B
22.
Yunita anggraini
A
3.
Mussiah
B
23.
Sri astute
B
4.
Nova yulita sari
B
24.
Tri bintang P
O
5.
Nurhasanah
B
25.
Okta septi hariani
B
6.
Rafika agustina
A
26.
Rika wijayanti
B
7.
Reri parina
B
27.
Wiji adchiyanti
O
8.
Reslana
A
28.
Nyayu umi habsa
A
9.
Umi latifah
A
29.
Devi ladespa
O
10.
Tiara aditya
O
30.
Yeni oktavia
O
11.
Yumi mareta C
O
31.
Yayan kusuma
A
12.
Yuli Novitasari
B
32.
Toriq alfarabi
O
13.
Wilda triani
O
33.
Yudi setiawan
B
14.
Yevi mandasari
O
34.
Yatno
AB
15.
Ropikotul adawiya
O
35.
Fauzan aliksan
O
16.
Ica lindia
O
36.
Tito nurseha
B
17.
Sefti yanty
O
37.
Vreny pratini
A
18.
Ummu haniyah
AB
38.
Rona desnisti
AB
19.
Putri aulia p.w
O
39.
Samsia
O
20.
Lidya kandau
A




4.2  Pembahasan
Dari table diatas maka didapatkan hasil sebagi berikut:
·         Golongan darah A sebanyak 8 orang
·         Golongan darah AB sebanyak  3 orang
·         Golongan darah B sebanyak  11 orang
·         Golongan darah O    sebanyak 17 orang 
Dari kelas biologi 2 yang berjumlah 39 orang kebanyakan golongan darah O
yaitu yang berjumlah 17 orang, ini dikarenakan factor bawaan atau keturunan dari orang tua masing-masing dimana domina darah orang tua berdarah O,

Tabel pewarisan golongan darah kepada anak

Ibu
Ayah

O
A
B
AB

O
O
O, A
O, B
A, B

A
O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB

B
O, B
O, A, B, AB
O, B
A, B, AB

AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari penelitiaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa mahasiswa Biologi 2 yang bergolongan darah A sebanyak 8 orang, yang bergolongan darah AB sebanyak 3 orang, yang bergolongan darah B sebanyak 11 orang dan mahasiswa yang bergolongan darah O sebanyak 17 orang. Dari seluruh mahasiswa kelas biologi 2 yang berjumlah 39 orang kebanyakan mahasiswa bergolongan darah O yaitu yang berjumlah 17 orang.

5.2. Saran
1.      Siswa lebih berhati-hati dalam pengambilan darah agar tidak terjadi kecelakaan / luka.
2.      Saat penetesan anti serum, ujung pipet tidak boleh ditempelkan ke sampel darah.
3.      Sebelum dan sesudah pengambilan darah, terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% agar tidak terkena infeksi.